Minyak dan Gas Indonesia: “Meningkatkan ketahanan energi; pemenang MEDC (BUY)”

Fokus pemerintahan baru pada swasembada energi menandakan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan investasi, didukung oleh perubahan peraturan yang menarik serta fleksibilitas yang lebih besar bagi perusahaan-perusahaan minyak dan gas (O&G). Kami melihat Medco Energi (MEDC) sebagai kendaraan utama pemerintah dalam mendorong pertumbuhan produksi di sektor ini. Kami merekomendasikan BUY untuk MEDC dengan target harga Rp1.740, menyoroti peran strategis MEDC dalam memanfaatkan inisiatif pemerintah yang akan datang.

Poin-poin penting dari laporan ini:

• Meningkatkan ketahanan energi: fokus pemerintahan selanjutnya.
• Skema gross split baru menawarkan peluang investasi yang menarik.
• Memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam kontrak perusahaan O&G.
• Mengharapkan MEDC menjadi kendaraan utama pemerintah.

PZZA (Tidak Diperingkat): "Siap Menghadapi Pemulihan Boikot; Harga Saham di Titik Terendah Sepanjang Masa"

Karena rasa ingin tahu tentang pemulihan bisnis yang terdampak boikot, kami mengkaji PZZA dan menemukan empat poin utama:

PZZA diperdagangkan dengan kapitalisasi pasar Rp664 miliar (vs kas Rp54 miliar dan utang bersih 0,42x). Harga sahamnya Rp220, mendekati level terendah sepanjang masa di Rp216. PZZA mengharapkan pemulihan laba bersih (EPS) pada 1Q25, dengan target penjualan FY24E sebesar Rp2,8-3,0 triliun. Jika pemulihan sesuai harapan, PZZA hanya diperdagangkan dengan PER rendah satu digit.

Strategi PZZA Menghadapi Boikot:

1. Pizza Maker Junior (PMJ): Mengajak anak-anak membuat pizza untuk menarik orang tua berbelanja.
2. Pengantaran anonim: Menggunakan kemasan tanpa logo (kotak coklat polos) untuk menarik konsumen yang tidak ingin membeli secara terbuka.
3. Mengembangkan bisnis B2B: Menargetkan peningkatan kontribusi dari penjualan B2B dengan memasok pasta ke Excelso dan potensi kerjasama dengan Garuda Indonesia (GIAA).

Penjualan 3Q24 menunjukkan pemulihan berurutan dari dampak boikot, dengan penurunan penjualan sekitar 20%-25% dari level sebelum boikot Oktober 2023, membaik dibandingkan penurunan 2Q24 sebesar 34%.

Efisiensi Biaya:

1. Bahan baku (Keju): Beralih ke Fonterra (Selandia Baru) dengan harga 30% lebih murah dibandingkan Leprino (AS), serta perpanjangan jatuh tempo pembayaran hingga 90 hari.
2. Utilitas (Gas): Mengganti beberapa toko dengan penggunaan LNG dari PGAS, yang lebih murah 50% dibandingkan listrik.
3. Biaya karyawan: Meningkatkan komposisi pekerja temporer dan mengurangi staf tetap.

2Q/1H24 - Rekapitulasi Pendapatan: Rugi bersih 1H24 sebesar Rp75 miliar (-66% YoY), melebar dari rugi bersih 1H23 sebesar Rp46 miliar. Penurunan disebabkan oleh aksi boikot yang mengakibatkan penjualan 1H24 sebesar Rp1,373 miliar (-24% YoY). Namun, rugi bersih 2Q24 menyempit menjadi Rp16,4 miliar (2Q23: + Rp6,2 miliar) dari rugi bersih 1Q24 sebesar Rp60,8 miliar, terutama karena peningkatan penjualan 2Q24 sebesar Rp734 miliar (+15% QoQ, -24% YoY) dan penghematan biaya operasional.