Kinerja PT Timah Tbk (TINS) bakal didukung oleh defisit timah yang berpotensi mendulang harga.
Di samping itu, regulasi industri timah yang mencegah penambangan ilegal menjadi kabar positif untuk TINS. Prospek TINS bakal didorong harga timah yang positif di tengah defisit yang mengintai. Pada tahun 2024-2025 diproyeksikan terjadi defisit timah karena ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan.
Prospek konsumsi timah global membaik, terutama karena bangkitnya industri elektronik, yang merupakan konsumen timah terbesar untuk solder. Pergeseran positif ini dibuktikan dengan peningkatan pengiriman semikonduktor global sebesar 17% YoY selama periode Januari – Agustus 2024.
Di sisi lain, produksi timah olahan akan melambat karena pertumbuhan produksi tambang yang terbatas. China, sebagai produsen timah olahan terbesar, kemungkinan akan menghadapi tantangan yang semakin besar dalam mengamankan bijih timah yang cukup untuk produksi karena menurunnya produksi tambang domestik dan penghentian operasi di Negara Bagian Wa, Myanmar sebagai sumber impor utamanya.
Proyeksi pertumbuhan kinerja TINS tersebut berdasarkan perkiraan penjualan timah olahan sebesar 18.015 ton pada 2024 dan 20.033 ton pada 2025, dengan harga jual rata-rata US$ 30.804 per ton pada 2024 dan US$ 31.624 per ton pada 2025.
Pengawasan regulasi yang lebih ketat melalui persetujuan RKAB selama tiga tahun, dan pengenalan SIMBARA untuk ketertelusuran bijih dapat membantu menyeimbangkan persaingan. Hal ini menciptakan peluang bagi TINS untuk merebut kembali posisi yang hilang dan meningkatkan posisi pasarnya.
Meskipun menguasai lebih dari 90% konsesi pertambangan di Bangka Belitung, TINS hanya menguasai 30%-40% ekspor timah, sementara pabrik peleburan swasta yang memiliki konsesi jauh lebih kecil mendominasi pasar ekspor. Hal ini menandakan potensi kebocoran bahan baku TINS dari penambangan ilegal ke pabrik peleburan swasta.
Masalah penambangan ilegal yang terus berlanjut telah menempatkan perusahaan pada posisi yang kurang menguntungkan, sehingga mengikis margin dan kinerja keuangannya secara keseluruhan. Namun, dengan perkembangan positif terkini dalam industri pertambangan timah Indonesia, ada potensi untuk penyesuaian.
Sumber: Kontan
Disclaimer: Data atau informasi yang tersedia hanya sebagai referensi. Keputusan bertransaksi sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengguna.
Kinerja PT Timah Tbk (TINS) bakal didukung oleh defisit timah yang berpotensi mendulang harga.
Di samping itu, regulasi industri timah yang mencegah penambangan ilegal menjadi kabar positif untuk TINS. Prospek TINS bakal didorong harga timah yang positif di tengah defisit yang mengintai. Pada tahun 2024-2025 diproyeksikan terjadi defisit timah karena ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan.
Prospek konsumsi timah global membaik, terutama karena bangkitnya industri elektronik, yang merupakan konsumen timah terbesar untuk solder. Pergeseran positif ini dibuktikan dengan peningkatan pengiriman semikonduktor global sebesar 17% YoY selama periode Januari – Agustus 2024.
Di sisi lain, produksi timah olahan akan melambat karena pertumbuhan produksi tambang yang terbatas. China, sebagai produsen timah olahan terbesar, kemungkinan akan menghadapi tantangan yang semakin besar dalam mengamankan bijih timah yang cukup untuk produksi karena menurunnya produksi tambang domestik dan penghentian operasi di Negara Bagian Wa, Myanmar sebagai sumber impor utamanya.
Proyeksi pertumbuhan kinerja TINS tersebut berdasarkan perkiraan penjualan timah olahan sebesar 18.015 ton pada 2024 dan 20.033 ton pada 2025, dengan harga jual rata-rata US$ 30.804 per ton pada 2024 dan US$ 31.624 per ton pada 2025.
Pengawasan regulasi yang lebih ketat melalui persetujuan RKAB selama tiga tahun, dan pengenalan SIMBARA untuk ketertelusuran bijih dapat membantu menyeimbangkan persaingan. Hal ini menciptakan peluang bagi TINS untuk merebut kembali posisi yang hilang dan meningkatkan posisi pasarnya.
Meskipun menguasai lebih dari 90% konsesi pertambangan di Bangka Belitung, TINS hanya menguasai 30%-40% ekspor timah, sementara pabrik peleburan swasta yang memiliki konsesi jauh lebih kecil mendominasi pasar ekspor. Hal ini menandakan potensi kebocoran bahan baku TINS dari penambangan ilegal ke pabrik peleburan swasta.
Masalah penambangan ilegal yang terus berlanjut telah menempatkan perusahaan pada posisi yang kurang menguntungkan, sehingga mengikis margin dan kinerja keuangannya secara keseluruhan. Namun, dengan perkembangan positif terkini dalam industri pertambangan timah Indonesia, ada potensi untuk penyesuaian.
Sumber: Kontan
Disclaimer: Data atau informasi yang tersedia hanya sebagai referensi. Keputusan bertransaksi sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengguna.
Trading yang Mulus dan Efisien
Buka potensi trading saham dengan Maybank Trade ID, aplikasi andalan Anda untuk trading yang mulus dan efisien. Baik Anda seorang investor berpengalaman atau baru memulai, platform kami menjamin pengalaman perdagangan yang lancar.
Advanced Analytics dan Real-Time Data
Maybank Trade ID menyediakan data pasar real-time dan analisis lanjutan, memberi Anda kekuatan untuk membuat keputusan investasi yang terinformasi. Tetap selangkah lebih maju dari pasar dengan platform canggih kami.
Dipercaya oleh Ribuan Orang
Bergabunglah dengan ribuan trader yang mempercayai Maybank Trade ID untuk kebutuhan investasi mereka. Unduh sekarang dan mulailah perjalanan Anda menuju trading yang lebih cerdas dengan alat intuitif dan dukungan yang dapat diandalkan.
Alamat Kantor Pusat Maybank Sekuritas Indonesia
Sentral Senayan III Lantai 22,
Jl. Asia Afrika No. 8, Gelora Bung Karno,
Senayan, Jakarta 10270
Jam Operasional
Senin - Jumat
Pukul 08.30 - 16.30
Pada Hari Kerja
PT Maybank Sekuritas Indonesia berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Alamat Kantor Pusat
Maybank Sekuritas Indonesia
Sentral Senayan III Lantai 22,
Jl. Asia Afrika No. 8, Gelora Bung Karno,
Senayan, Jakarta 10270
Jam Operasional
Senin - Jumat
Pukul 08.30 - 16.30
Pada Hari Kerja
PT Maybank Sekuritas Indonesia berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)