MAKRO

Bank Indonesia merilis indikator stabilitas mata uang rupiah mingguan, dengan rupiah ditutup pada 15.660 per dollar AS pada tanggal 10 Oktober. Imbal hasil obligasi pemerintah (SBN) bertenor 10 tahun naik menjadi 6,67%. Selain itu, surat utang pemerintah Amerika Serikat bertenor 10 tahun naik menjadi 4,062% pada tanggal 10 Oktober. Selain itu, premi credit default swap 5 tahun Indonesia naik menjadi 68.30bps pada tanggal 10 Oktober, dibandingkan dengan 67.25bps pada tanggal 4 Oktober. (Bank Indonesia)

INDUSTRI

Menurut Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), penjualan kendaraan roda dua (2W) pada 9M24 mencapai 4.872.496 unit (+3,2% YoY). AISI percaya bahwa permintaan kendaraan roda dua masih menunjukkan tren positif karena industri ini relatif lebih stabil di tengah kondisi ekonomi yang negatif. Ketika Rupiah melemah, produsen kendaraan 2W tidak terlalu terpengaruh karena sebagian besar komponennya diproduksi di dalam negeri. Selain itu, kenaikan ASP kendaraan 2W masih sejalan dengan kenaikan upah minimum di Indonesia. AISI memperkirakan penjualan kendaraan 2W akan mencapai 6,35 juta - 6,45 juta unit tahun ini karena volume penjualan biasanya lebih kuat pada semester kedua. (Kontan, halaman 12)

PERUSAHAAN

Blue Bird Tbk (BIRD) tetap optimis dapat mencapai target bisnis 2024. Direktur Utama BIRD, Adrianto Djokosoetono mengatakan bahwa perusahaan berada di jalur yang tepat untuk mencapai pertumbuhan dua digit, dengan pendapatan yang meningkat 11% YoY di 1H24. Laba per saham perusahaan juga tumbuh 27,1% dari kuartal sebelumnya dan 8% YoY, didukung oleh margin yang lebih tinggi dari layanan non-taksi yang mencapai 40%. BIRD telah menggunakan lebih dari 50% dari belanja modal sebesar Rp2,5 triliun untuk tahun 2024 untuk memperluas armadanya, dengan rencana penambahan 7.000 kendaraan baru, termasuk kendaraan listrik. BIRD juga meningkatkan layanan dan fitur-fiturnya melalui aplikasi MyBluebird, yang bertujuan untuk memberikan pengalaman yang lebih baik kepada pelanggan. Secara keseluruhan, perusahaan tetap optimis dengan pertumbuhan pendapatan yang berkelanjutan di 2H24. (Kontan, halaman 11)

Steel Pipe Industry of Indonesia (ISSP) fokus untuk meningkatkan kinerja bisnisnya di tengah persaingan yang kuat dari produk baja impor. Pada K1 2014, penjualan turun lebih dari 20% karena keputusan investasi yang hati-hati selama tahun politik, namun penurunan tersebut telah berkurang menjadi 5-8%. ISSP telah menyesuaikan target pertumbuhan penjualan dari 10% menjadi 5% untuk tahun ini, dengan infrastruktur dan telekomunikasi sebagai pendorong pertumbuhan. Untuk meningkatkan penjualan, ISSP mengedukasi konsumen tentang kualitas produk untuk meningkatkan loyalitas. Perusahaan juga melakukan efisiensi biaya meskipun ada tantangan dari melemahnya nilai tukar rupiah dan tetap waspada terhadap risiko yang ditimbulkan oleh potensi impor pipa baja dari China. (Kontan, halaman 11)